Jumat, 12 Februari 2016

Arti dari 4.20

Arti dari 4.20

Steven Hager adalah orang pertama yang mempopulerkan angka 420 sebagai sebuah simbol dari budaya cannabis. Angka 420 atau jam 16:20 atau tanggal 20 April sangat populer dikalangan pengguna ganja. 420 merupakan sebuah ritualisasi dari penggunaan ganja dengan memaknainya secara mendalam sebagai suatu subkultur dari budaya penggunaan ganja yang aman dan bertanggungjawab. 
Wawancara Steven Hager Mengenai Angka 420 di ABC News:
Apa arti angka 420?
Selama bertahun-tahun HIGH TIMES memakai atribut angka "420" yang disebut-sebut orang sebagai kode yang digunakan polisi di San Rafael, California. Namun pihak kepolisian selalu membantah dan akhirnya saya sampai pada kesimpulan saya bahwa mereka telah mengatakan yang sebenarnya. Kemudian saya dihubungi oleh sebuah grup yang menamakan diri mereka "Waldos" dan mereka mengaku sebagai anggota kelompok siswa sekolah yang melakukan ritual 420 di San Rafael High School pada tahun 1971. Mereka berkumpul setiap hari pada jam 16:20 atau jam 4 sore lewat 20 menit setelah pulang sekolah untuk menikmati ganja bersama-sama. Pada perkembangannya mereka mulai menggunakan istilah angka 420 sebagai simbol untuk menyebutkan ganja sehingga mereka bisa berbicara tentang ganja tanpa diketahui orang tua dan guru.
Jika itu benar, mengapa 420 menjadi begitu populer dan menyebar begitu cepat di seluruh dunia?
Salah satu alasannya yaitu San Rafael merupakan rumah bagi sebuah grup band rock bernama Grateful Dead dan istilah 420 menyebar selama bertahun-tahun di tengah komunitas Deadhead, komunitas penggemar band Grateful Dead. Kemudian istilah 420 muncul di “Hemp 100” di majalah HIGH TIMES. Sejak saat itu ekspresi 420 menyebar luas lebih cepat dari sebelumnya.
Mengapa pengguna ganja begitu banyak yang menganut konsep 420?
Saya percaya 420 adalah ritualisasi dari penggunaan ganja yang memiliki arti mendalam dalam subkultur yang kami anut. Angka 420 adalah kode yang mengarahkan kita untuk menjadi pengguna ganja yang bertanggungjawab. Sebelum anda dapat memahami perbedaan antara penggunaan ganja yang bertanggungjawab dan yang tidak bertanggung jawab, kita harus melihat dulu kenyataan bahwa di Amerika ada dua budaya ganja yang berbeda, satu stoners smart (cerdas) dan satu lagi stoners stupid (bodoh). Stoner adalah sebutan untuk seorang yang biasa mengkonsumsi ganja.
The Stupid Stoners: Stoners yang bodoh menghisap ganja pada pagi hari menjelang ujian. Stoner stupid berpikir bahwa “High” (tinggi/giting) adalah tujuan dari hidup dan mereka berusaha untuk high sesering mungkin. Stoner stupid adalah orang yang berkunjung ke rumah anda dan mereka merasa adalah tugas mereka untuk menghabiskan ganja simpanan yang anda miliki tanpa anda bisa menyisakannya untuk esok hari. Saya yakin kita semua tahu ada banyak orang-orang seperti itu. Stoners stupid itu adalah tipikal orang-orang yang diperankan oleh Cheech dan Chong dalam filmnya, ketika mereka menciptakan karakter yang stereotip dari seorang pothead, yaitu orang yang dipikirannya hanya ganja saja.
The Smart Stoners: Stoners cerdas adalah orang-orang yang menggunakan ganja sebagai alat kreatif untuk meningkatkan kehidupan mereka. Stoner smart tahu ganja bisa menjadi aset yang berharga jika digunakan secara cerdas. Bob Marley, Willie Nelson, Louis Armstrong, Ken Kesey, dan Stephen Gaskin adalah salah satu dari sekian banyak ikon budaya yang masuk ke dalam kategori stoner yang cerdas.
Tapi mengapa semuanya itu harus dilakukan dengan 420?
Pertama, lebih baik menunggu sampai jam 4:20 untuk mulai menikmati ganja, kecuali jika anda memiliki alasan medis untuk memulainya lebih dulu. Orang-orang yang baru bangun tidur dan langsung menghisap ganja dan terus menghisap ganja sepanjang hari, tidak akan mendapatkan high yang setinggi-tingginya dibandingkan orang-orang yang menunggu sampai jam 4:20. Sore hari adalah waktu kita untuk melangkah mundur dari aktifitas yang telah kita lakukan seharian dan merenungi apa saja yang sudah kita lakukan hari itu. Sore jam 420 adalah waktu untuk brainstorming. Cannabis, matahari terbenam, dan brainstorm berjalan bersama-sama secara alami. Orang-orang yang menggunakan ganja secukupnya akan mendapatkan dampak yang lebih baik dibandingkan mereka yang menggunakannya secara kontinyu. Semakin banyak kita mehisap ganja, semakin sedikit high yang kita rasakan. Hisaplah sedikit ganja dengan mendapatkan sensasi high yang cukup. Ini selalu menjadi pengalaman saya.
Kedua, 420 adalah model untuk bagaimana ganja seharusnya digambarkan kepada anak-anak. Ini masalah penting yang sering dikeluhkan kaum prohibitionists (penolak legalisasi ganja). Kita harus meyakinkan orang-orang itu bahwa legalisasi ganja tidak akan mengakibatkan peningkatan penggunaan ganja dikalangan anak dibawah umur. Kami harus meyakinkan mereka bahwa kami tidak bermaksud membawa anak-anak mereka untuk bergabung kedalam masyarakat ganja kami.
Sejak penggiat anti narkoba mulai memasang iklan di televisi dengan target anak-anak, jumlah anak-anak yang menggunakan ganja justru bertambah. Jelas, semakin banyak kita bicara tentang ganja di depan anak-anak, semakin penasaran mereka akan hal itu. Mengatakan kepada anak-anak kecil bahwa ganja itu buruk tidak akan menghalagi mereka untuk mencoba. Bahkan, banyak anak-anak yang secara alamiah menikmati sensasi penjahat ketika melakukan aksinya dalam film yang diperankan orang dewasa. Apalagi sekarang ini, jauh lebih mudah bagi anak-anak untuk membeli ganja daripada membeli minuman bir karena ganja dijual bebas di jalanan, sementara bir diatur penjualannya di outlet resmi berlisensi.
Solusinya adalah untuk tidak memasang iklan yang negatif tentang ganja di televisi dan berhentilah berbicara tentang ganja di depan anak. Untuk itu maka orang dewasa disarankan membentuk sebuah kode untuk menyebutkan ganja, yang mana tidak dimengerti anak-anak.
Kami juga meritualkan penggunaan ganja sebagai suatu ritus peralihan. Dengan kata lain, ketika remaja kita sudah mencapai usia yang tepat, mereka dapat dilantik menjadi dewasa dengan diberikan kunci kode ganja.

Selasa, 05 Januari 2016

Hipster

 

Pernah denger kata “hipster”? atau sering liat fenomena ngebanding-bandingin hipster sama mainstream? Oke, belakangan ini dimana-mana emang lagi trend style ala hipster. So, what is hipster?
http://pinterest.com/pin/47569339783588089/

Hipster adalah orang-orang yang memiliki penampilan dan gaya hidup nyentrik serta unik. Biasanya sih mereka yang gayanya hispster abis akan diikuti dengan pribadi yang asik. Orang-orang dengan tipe ini sukanya sama benda-benda anti-mainstream alias limited. Kenapa limited? Balik lagi, mereka ini berada di zona anti-mainstream jadi nggak banget buat mereka bergaya seragam sama trend yang lagi in di seleruh dunia.
Well, bisa dibilang Hipster ini kebalikan dari mainstream. Analoginya gini..
  • Ketika semua orang heboh sama gadget berjenis tablet dengan merk-merk yang.. hmmm tau lah ya, para hipster akan lebih memilih gadget yang terbaru, terunik, termahal, atau mungkin stay sama gadget lamanya yg pas dia beli dulu pemiliknya masih bisa dihitung dengan jari.
  • Waktu lagi pada asik sama lagu-lagu pop super galau, hipster lebih milih lagu-lagu indie yang liriknya lebih bermutu. Boleh deh coba cari orang-orang tipe hipster di gigs-gigs band indie atau konser eksklusif dengan harga tiket super wow, biasanya banyak nemu mereka disana.
  • Pas orang pada rame-rame ganti gaya rambut belah tengah(buat cewek ni), hipster tampil dengan gaya rambut messy bun-nya, acak-acakan tapi tetep asik diliat.
  • Cowok-cowok sibuk kesalon demi style rambut poni lempar(yang oke sih kayak Kevin Vierra, kalo yang kurang asik diliat mungkin seperti ex vocalist kan*en band.. *banyak orang sependapat sm aku hhhehe), hipster bakal lebih enjoy sama rambutnya yang gondrong atau kribo
Kurang lebih analoginya gitu, guys.
Tapi nggak selamanya hipster terkesan lebih oke daripada mainstrem. Kalau diliat dari sudut pandang berbeda, mereka para hipster bisa digolongkan kedalam lingkar hidup konsumtif. Bawasanya untuk mendapatkan penampilan super unik meraka kadang rela merogoh kocek dalam-dalam buat mengimport barang yang bener-bener cuma ada satu di dunia. Ajippp… Nggak heran sih orang-orang hipster ini biasanya berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah keatas. Kebanyakan gitu sih ya. Mereka cenderung suka sama yang eksklusif-eksklusif, branded  super mahal, piercing-nya banyak dan oke padu-padannya.
Beda sama mainstream yang bakal gila kalau ketinggalan trend, hipster malah menciptakan trend sendiri. Mainstream kompakan dimana-mana.. ya ngikutin pasaran saat inilah pokonya, hipster beda sendiri bahkan hipster satu sama hipster lainnya ga sama. Tapi hipster dan mainstream bisa dibilang sama-sama boros, yang satu selalu ga tahan liat barang baru yg lagi booming, yang satu lagi sibuk beli barang langka biar bisa keliatan beda sendiri.
Ya nggak ada yang salah juga sih mau hipster atau mainstream, yang penting kamu nyaman. Kalu mau ngikutin jaman  oke juga, kan jadi ga kudet(kurang update), mau beda sendiri boleh juga tuh.  Hihihi..

Jumat, 20 November 2015

Kenakalan Remaja di era informatika

 

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis.


Definisi kenakalan remaja menurut para ahli

  • Kartono, ilmuwan sosiologi “Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
  • Santrock Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”

Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti?

Masalah kenakalan mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.

Jenis-jenis kenakalan remaja

Penyebab terjadinya kenakalan remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
  1. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
  2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
  1. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
  2. Teman sebaya yang kurang baik
  3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Hal-hal yang bisa dilakukan/ cara mengatasi kenakalan remaja:

  1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
  2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
  3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
  4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
  5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.